Malino,
Tinggimoncong
Malino adalah kelurahan yang terletak di Kecamatan
Tinggimoncong, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Daerah yang terletak 90 km
dari Kota Makassar ke arah selatan ini merupakan salah satu objek wisata alam
yang mempunyai daya tarik luar biasa.
Di kawasan wisata Malino sendiri, terdapat hutan wisata,
berupa pohon pinus yang tinggi berjejer di antara bukit dan lembah. Jalan
menanjak dan berkelok-kelok dengan melintasi deretan pegunungan dan lembah yang
indah bak lukisan alam, akan mengantarkan Anda ke kota Malino. Kawasan tersebut
terkenal sebagai kawasan rekreasi dan wisata sejak zaman penjajahan Belanda.
Malino memiliki gunung-gunung yang sangat kaya dengan
pemandangan batu gamping dan pinus. Berbagai jenis tanaman tropis yang
indah,tumbuh dan berkembang di kota yang dingin ini. Selain itu, Malino pun
menghasilkan buah-buahan dan sayuran khas yang tumbuh di lereng gunung
Bawakaraeng. Sebagian masyarakat Sulawesi Selatan masih mengkulturkan gunung
itu sebagai tempat suci dan keramat. Suhu di kota Malino ini mulai dari 10°C
sampai 26°C. dan ketika musim hujan, berhati hati sedang berkendara karena,
kota ini sering berkabut dan jarak pandangnya 100meter saja.
Perjalanan dari kota Makassar menuju daerah ini memakan
waktu sekitar 2 jam. Wisata air terjun seribu tangga, air terjun Takapala,
Kebun Teh Nittoh, Lembah Biru, bungker peninggalan Jepang, dan Gunung
Bawakaraeng menjadi ciri khas kota Malino. Oleh-oleh khas daerah ini adalah
buah Markisa ,dodol ketan, Tenteng Malino, apel, wajik, dll. Malino juga
menjadi daerah penghasil beras bagi wilayah Sulawesi Selatan.
Sejarah
Sebelum muncul nama Malino, dulu rakyat setempat
mengenalnya dengan nama kampung ‘Lapparak’. Laparrak dalam bahasa Makassar
berarti datar, yang berarti pula hanya di tempat itulah yang merupakan daerah
datar, di antara gunung-gunung yang berdiri kokoh. Kota Malino mulai dikenal
dan semakin popular sejak zaman penjajahan Belanda, lebih-lebih setelah
Gubernur Jenderal Caron pada tahun 1927 memerintah di “Celebes on
Onderhorighodon” telah menjadikan Malino pada tahun 1927 sebagai tempat
peristirahatan bagi para pegawai pemerintah.
Di kawasan ini pada bulan 16 - 22 Juli 1946 pernah
dilaksanakan Konferensi Malino yang bertujuan untuk membahas gagasan berdirinya
Negara Indonesia Timur (NIT).
0 komentar:
Posting Komentar